Salah satu program andalan dari SMPIT Insan Permata Boarding School Bojonegoro adalah Program TAKHOSSUS TAHFIDZ. Program yang dikhususkan untuk Santriwati selama 1 tahun ajaran ini telah berjalan selama 2 periode dan telah menelurkan para Hafidzoh dengan total 7 lulusan.
Untuk mengikuti program Takhossus Tahfidz ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh calon Santriwati. Sebab, tidak semua santriwati dapat memenuhi persyaratan minimal untuk masuk ke program ini. Yang pertama yaitu mendapatkan rekomendasi dari Ustadzah Halaqoh, dimana ketika santriwati duduk di kelas 7, mereka harus lolos seleksi Tes Bacaan Qur’an, utamanya telah lulus Tes Munaqosyah Wafa, dan yang memiliki hafalan Qur’an terbaik. Kedua, dari walikelas juga turut memberikan rekom bagi santriwati yang baik secara akademis. Karena, diharapkan nanti selepas selesai mengikuti Takhossus ini, santriwati bisa mengejar target akademisnya. Terakhir, ketiga yang tak kalah pentingnya, ialah adanya persetujuan dari kedua belah pihak baik dari calon santriwati maupun orangtuanya.
Program Takhossus Tahfidz ini memiliki target 30 Juz, dibawah naungan Ustadzah Faizatul Humala, bertempat di Perum Parikesit sebelah timur SMPIT IPBS Bojonegoro. Ustadzah Faiz, sapaan akrab Hafidzoh alumni Griya Qur’an Surakarta ini menuturkan bahwasannya untuk menuntaskan hafalan qur’an itu wajib memiliki tekad yang kuat. Masih menurut Ustadzah asli Sumberrejo, Bojonegoro itu, kita mesti bisa mengatur mood agar tidak gampang bosan dan jenuh. Di samping itu, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bacaan Tahsinnya harus betul dulu sebelum menuju tahap Tahfidz.
“Kalau Tahsinnya sudah bagus, insyaAllah anak-anak akan lebih mudah dalam proses Tahfidznya,” tegasnya.
Di awal tahun 2025, setelah berjalan 1 semester, Alhamdulillah salah satu santriwati telah mengkhatamkan target 30 Juz Tahfidzul Qur’an. Santriwati itu Bernama Kamilia Ghaisani Nafiisa yang biasa dipanggil Imel, kelas 8 B. Putri kedua dari 5 bersaudara pasangan Bapak Samsu Bahri dan Ibu Dhesy Rahma W. ini punya trik tersendiri dalam menggapai targetnya. “Pokoknya jangan sampai ketiduran kalau belum selesai target hafalannya,” ujarnya sambil tersenyum.
Di sela kesibukan menghafal Al Qur’an, ternyata para santriwati juga mempunyai kegiatan mengajarkan Al Qur’an. Setiap sore hari di Rumah Takhossus ramai riuh dengan suara dan tingkah bocil-bocil yang sedang asyik mengaji. Mereka berasal dari lingkungan di sekitar Perum Parikesit dan kampung Desa Ngampel. Kanza dan Rayyan adalah salah duanya. Setiap hari senin sampai jumat mereka belajar membaca Qur’an, menghafal surat pendek, sholat, berwudhu, dan lain sebagainya.[]